Bahasa Inggris Untuk Tenaga Medis

Kemampuan seseorang berkomunikasi menggunakan Bahasa asing, terutama Bahasa Inggris di era persaingan global seperti sekarang ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional atau International language menjadi satu dari sedikit life skill yang mutlak harus dikuasai seseorang jika ingin berkembang dan memiliki daya saing di bisnis global. Bahasa Inggris tidak lagi hanya menjadi salah satu mata pelajaran atau mata kuliah wajib di sekolah dan di universitas, melainkan juga menjadi salah satu aset bagi seseorang menghadapi persaingan global. Kemampuan berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris ini mutlak harus dikuasai oleh banyak kalangan, termasuk di kalangan tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, apoteker, dan sebagainya. Selain karena tuntutan untuk bersaing di era globalisasi, kemampuan seorang tenaga medis dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris juga tentunya akan meningkatkan nilai tambah dan membuka kesempatan untuk berkarir di tempat kerja yang dianggap lebih prestisius, bahkan membuka kesempatan berkarir di luar negeri. Seorang perawat misalnya, tentu akan mendapatkan fee atau salary yang lebih tinggi ketika dia memiliki kemampuan tambahan seperti Communication skill selain kemampuan di bidang ilmu keperawatan. 

Seorang teman penulis yang juga berprofesi sebagai perawat dan sedang menyelesaikan studi S2 nya, pernah menyampaikan tentang satu fakta bahwa banyak perawat Indonesia yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dengan cukup baik padahal skill ini adalah salah satu penunjang bagi tenaga medis yang hendak bekerja di luar negeri. Sebagai contoh, salah satu negara di timur tengah yang sering membuka peluang bagi tenaga medis dari Asia Tenggara adalah Qatar. Hampir setiap tahunnya, Qatar membuka peluang untuk lebih dari 500 perawat dari Asia Tenggara, dan negara yang bisa memanfaatkan peluang ini adalah Filipina. Banyak perawat dari Filipina memiliki kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris yang cukup baik jika dibandingkan dengan perawat dari Indonesia meskipun untuk kemampuan di bidang ilmu keperawatan, banyak tenaga perawat dari Indonesia yang kemampuan nya lebih baik. Teman saya yang berprofesi sebagai perawat menyampaikan ke saya bahwa dari 200 orang perawat Indonesia yang mencoba berkarir di Qatar, hanya sekitar 50 orang saja yang bisa diterima meskipun memiliki latar belakang ilmu keperawatan yang baik. Negara timur tengah lain yang sering membuka lowongan bagi tenaga perawat dari asia tenggara adalah Uni Emirat Arab (UEA). Menurut salah satu sumber berita di Filipina (https://filipinotimes.net/news/2019/06/26/6-10-nurses-uae-filipinos-residents-urged-honor-excellent-nurses/,) 6 dari 10 perawat di UEA berasal dari Filipina. Lalu dimana letak kurangnya tenaga medis dari Indonesia? Communication skill atau kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Jika dibandingkan dengan jumlah tenaga medis yang berasal dari Filipina, maka kita kalah. Mereka sudah lebih siap dengan menghadapi persaingan global karena sejak dini Pendidikan Bahasa inggris cukup baik di implementasikan di Filipina. Dalam hal kualitas, banyak tenaga medis Indonesia hanya memfokuskan diri dalam bidang ilmu keperawatan, seperti Kebutuhan dasar manusia (KDM), konsep dasar keperawatan (KDM), medikal bedah, dan lain sebagainya. Akan tetapi ada hal hal yang seringkali terlupakan seperti kesiapan tenaga medis dalam kemampuan berkomunikasi menggunakan Bahasa asing misalnya. Hal ini kemudian menimbulkan dampak dengan tidak siapnya tenaga medis asal Indonesia yang siap memenuhi pasar global di luar negeri. Padahal kesempatan berkarir di luar negeri sangat terbuka lebar terutama di era perdagangan bebas dunia. Para tenaga medis tentu harus membekali diri jika tidak ingin tertinggal atau tertutup kesempatan memiliki karir yang cemerlang hanya karena keterbatasan dalam hal berbahasa asing. Tentu ini menjadi krusial mengingat di Indonesia pun masih minim lapangan pekerjaan, Kemampuan berbahasa asing memang menjadi salah satu syarat penting bagi tenaga medis jika ingin bersaing memenuhi pasar global. Menurut Achir Fachrudin, salah satu perawat asal Indonesia yang saat ini bekerja di Arab Saudi, dalam bukunya yang berjudul “Dehumanisasi Profesi” yang diterbitkan pada tahun 2018 mengatakan bahwa secara keseluruhan, perawat Indonesia memiliki kualitas yang sama dengan perawat asal Filipina, China, dan India yang banyak berkarir di negara negara Timur Tengah namun dalam hal Bahasa asing masih jauh tertinggal. Mungkin ada sebagian perawat Indonesia yang mampu berkomunikasi dengan Bahasa asing, namun jumlahnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan perawat asal Filipina dan India yang hampir semuanya mampu berkomunikasi dengan Bahasa asing. Data BNP2TKI tahun 2014 menyebutkan bahwa lulusan perawat hanya memenuhi 5 persen yang bekerja di luar negeri dan 60 persen yang bekerja di dalam negeri dari jumlah lulusan sebanyak 15.431 perawat. Masih menurut Achir Fachrudin, dalam bukunya mengatakan bahwa peningkatan wawasan lulusan perawat akan berbagai test dan uji kompetensi seperti menunjukkan sertifikat TOEFL dan NCLEX menjadi hal yang harus diperhatikan oleh pihak terkait, seperti kampus dan instansi pemerintah.

Lalu mengapa banyak tenaga medis di Indonesia, khususnya perawat, yang kurang menguasai kemampuan berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris? Bukankah mereka juga sudah belajar Bahasa Inggris sejak mengenyam Pendidikan di tingkat sekolah dasar bahkan sampai perguruan tinggi? Jawaban tentu beragam. Sebagian besar mungkin akan mengatakan bahwa Bahasa Inggris itu susah, terlalu banyak rumus Grammar atau pola Bahasa yang harus dihafalkan. Belum lagi pengucapan atau pronunciation yang tidak terbiasa bagi orang Indonesia. 

Padahal belajar Bahasa Inggris seharusnya menyenangkan sehingga mudah dikuasai bagi semua kalangan, termasuk tenaga medis. Sebagai contoh, seorang tenaga medis seperti perawat atau bidan dapat belajar bahasa Inggris dengan hanya satu focus yaitu meningkatkan kemampuan oral skill atau speaking, seperti menyapa pasien, menyampaikan tujuan kepada pasien ketika hendak memeriksa tanda tanda vital misalnya. Atau bagaimana caranya mengaplikasikan therapeutic communication ketika berbicara dengan pasien sehingga pasien merasa nyaman. Atau juga bagaimana caranya menyampaikan presentasi yang baik tentang tema Kesehatan dalam sebuah seminar atau simposium.

Salah satu program yang bisa membantu tenaga medis dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris adalah HELP (Healthcare English Language Program) dari NEC (National English Centre) Jakarta. Program ini di desain khusus bagi tenaga medis seperti perawat, bidan, dokter, apoteker dan sebagainya untuk meningkatkan daya saing mereka di dunia persaingan global. Program ini melatih tenaga medis untuk berkomunikasi dengan baik menggunakan Bahasa Inggris, dan juga melatih mereka yang hendak menghadiri seminar internasional dan menjadi pembicara. Nah, tertarik dengan program HELP dari NEC? Silahkan kunjungi website nya di https://nationalenglishcentre.com/

Jadi, sekarang sudah paham kan mengapa Bahasa Inggris itu sangat penting terutama di era persaingan global seperti sekarang. Kita tidak lagi harus paham aturan grammar yang banyak tapi tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Semoga tulisan ini membantu semua orang terutama tenaga medis untuk terus meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan percaya diri menggunakan Bahasa Inggris. 

Leave a Reply