Pola Asuh Ala Gen Z

Halo NEC Club, mampir dulu yuk sebentar. Simak berita yang cocok banget buat generasi Z khususnya teman-teman generasi Z tahun kelahiran ‘95.

Kita semua tahu, bahwa setiap zaman pasti ada perbedaan cara atau pola asuh orang tua kepada anaknya. Sebelum kita masuk ke inti topik pembicaraan kali ini, kita harus tahu terlebih dahulu apa sih yang dimaksud dengan Parenting atau Pola Asuh itu sendiri? 

Jadi secara harfiah, arti parenting adalah pola pengasuhan anak. Parenting merupakan cara pola asuh dalam mendidik anak, cara orang tua memberikan perlindungan, perawatan dan mengamati perkembangan serta kegiatan anak sejak baru lahir hingga tumbuh dewasa. Parenting atau pola asuh dalam mendidik anak dapat dikatakan baik jika anak terpenuhi kebutuhan fisiknya seperti makanan dan minuman, serta terpenuhinya kebutuhan psikologi mereka yakni kasih sayang dan rasa aman, serta bersosialisasi dengan masyarakat sekitar sehingga anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. 

Salah satu hal yang membuat perbedaan antara generasi sebelumnya dengan generasi Z adalah generasi Z itu memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap isu kesehatan mental, baik kesehatan mental untuk dirinya sendiri sebagai individu yang utuh ataupun kesehatan mental anaknya sebagai individu yang harus tumbuh dengan baik dan bahagia dalam masa perkembangannya. Sehingga para Gen Z memiliki empati yang lebih tinggi serta peduli terhadap kondisi kesehatan mental anak.

Begitu pentingnya kesehatan mental, membuat para Gen Z sadar dengan mulai mempersiapkan bekal yang cukup matang untuk menjalani kehidupan bersama keluarga kecilnya dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Mulai dari membiasakan terbuka dengan pasangan tentang berbagai hal dalam rumah tangga, serta mempersiapkan finansial yang matang mulai dari keuangan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan keluarga, dan tabungan pendidikan anak. Tidak hanya itu, Gen Z sangat terbuka dengan isu kesetaraan gender dalam berbagai aspek, salah satunya urusan rumah tangga, mulai dari membagi tugas dan tanggung jawab dalam rumah tangga dilakukan secara gotong royong atau berbagi tugas, khususnya untuk suami istri yang sama-sama menggeluti dunia karir, serta membiasakan rumah tangga untuk menjadi demokratis dan aktif bermusyawarah agar semua permasalahan dapat diselesaikan dengan berkepala dingin.

Gen Z juga aktif dalam mengupdate keilmuan parentingnya, mulai dari belajar kepada professional maupun belajar dari media sosial. Selain belajar, Gen Z juga gemar membagikan keilmuan parenting berdasarkan pengalaman masing-masing dalam media sosial, dengan maksud membagi ilmu terhadap teman online dan pengikutnya.

Khasnya lagi dari parenting ala Gen Z adalah mereka mengedepankan logika dan ilmiah ketimbang mitos dalam berbagai hal termasuk pola pengasuhan. Gen Z justru memilih mencari informasi dari dokter ataupun bidan secara langsung maupun secara online untuk memastikan makanan yang sesuai, penanganan ketika anak sakit ataupun berbagai hal yang mendukung perkembangan anak yang maksimal. Saran dari kakek nenek yang kaku, tidak semata-mata diterima untuk kemudian diterapkan, namun diperiksa kebenarannya terlebih dahulu dengan cara ilmiah.

Adapun beberapa cara yang Gen Z lakukan dalam penerapan pola asuh positif, sebagai berikut :

  1. Menjadi role model yang baik

Dalam proses parenting orang tua tentu harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Selain belajar menjadi orang tua yang baik, kita juga harus bisa membantu anak belajar untuk mengenali karakter diri mereka sendiri, serta belajar tentang perbedaan antara hal yang baik dan hal yang tidak baik. Misalnya, se-simple membereskan tempat tidur sebelum mulai beraktivitas, ataupun membuang sampah pada tempatnya. Dengan demikian, anak akan mencontoh hal tersebut.

  1. Kenali perkembangan anak

Di zaman yang terus maju dan berkembang, sepertinya orang tua tak lagi dapat memaksakan cara belajar anak generasi Z. Untuk itu, kenali gaya belajar anak dan beri dukungan penuh dalam proses pembelajaran mereka, selama cara belajar mereka tidak salah maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

  1. Luangkan waktu bersama anak

Orang tua sama-sama sibuk? Hal ini tentu tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk tidak bisa meluangkan waktu bersama anak, ya. Tetap sisihkan waktu untuk bermain dan bercerita bersama si kecil. Tujuannya agar komunikasi dan bonding bisa semakin erat.

  1. Fokus pada tingkah laku positif

Misalnya, ketika mendampingi anak mengerjakan PR. Tugas orang tua adalah sebagai pendamping, bukan yang mengerjakan PR tersebut. berilah dukungan dan semangat pada anak. Katakan bahwa ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri. Lalu, sesekali beri pujian yang lebih spesifik, seperti “Wah, kamu semakin pintar dalam berhitung, ya”.

  1. Berikan konsekuensi yang logis

Ketika anak tak mematuhi orang tua, berikan konsekuensi yang logis dan bersikap tegas. Seperti, ketika anak malas mandi, kita dapat menjelaskan apa konsekuensi yang mungkin akan ia alami. Misalnya, tubuh jadi kotor dan gatal. Namun cobalah untuk tidak memberi beban dengan beberapa permasalahan sekaligus (dalam waktu yang sama). Berilah secara bertahap, ini memiliki pengaruh yang besar terhadap kejiwaan dan respon anak, sebab pada umumnya jiwa anak kecil itu masih lunak (halus), mudah untuk diarahkan. Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan pengarahan secara berangsur-angsur.

  1. Diskusi dan negosiasi

Ketika orang tua dan anak memiliki perbedaan pendapat, sebagai orang tua kita dapat ajak si kecil untuk melakukan diskusi dan negosiasi. Karena perbedaan pendapat ini sepertinya memang sulit dihindari, terutama pada masa sekarang ini.

Cobalah ajak si kecil untuk berbicara dan mendiskusikan hal sederhana ketika ia beranjak umur 4 tahun dengan memulai penjelasan tentang permasalahan di dalam aspek lingkup perilakunya, jika anak ternyata masih belum memahami, maka kita harus mencoba dan lebih berusaha lagi untuk memberikan pemahaman dari hati ke hati.

Saat anak sudah mengerti apa yang diinginkannya, sebagai orang tua sebelum menjelaskan kebaikan dan kebenaran kepada anak, sebaiknya kita dengar dulu pendapat mereka sampai mereka selesai berbicara. Kemudian beri pemahaman kepada sang anak bahwa saat giliran orangtua berbicara mereka harus mendengarkan dengan baik, lalu mereka boleh memberikan pendapat lagi setelah kita selesai mengutarakan pendapat kita.

  1. Ciptakan komunikasi efektif

Sebagai orang tua, kita dapat berbagi pengalaman kepada anak. Sehingga anak juga merasa bahwa orang tua mengerti apa ia rasakan, karena pernah berada di posisi mereka. Dan, anak jadi mengerti apa yang kita sarankan untuk mereka adalah untuk kebaikannya.

  1. Berikan cinta tanpa syarat

Orang tua perlu memahami bahwa setiap anak memiliki potensi dan kekurangannya masing- masing. Sayangi dan cintai si kecil dengan sepenuh hati, dan beri ia dukungan untuk mengembangkan potensi yang ia miliki. 

Dengan munculnya gaya parenting ala Gen Z, bukan berarti menilai sepihak bahwa gaya parenting generasi sebelumnya tidak benar atau tidak sesuai. Sejatinya seluruh orang tua menginginkan yang terbaik untuk perkembangan anaknya, termasuk para orangtua dari generasi-generasi sebelumnya. 

Hanya saja, semakin berkembangnya zaman, membuat karakteristik anak setiap generasi selanjutnya berbeda-beda yang kemudian memerlukan gaya pengasuhan yang bisa menyesuaikan karakteristik generasi selanjutnya. Semoga seluruh orangtua senantiasa bersemangat dalam mendalami keilmuan parenting yang baik dan sesuai demi tercapainya perkembangan anak yang maksimal.

Leave a Reply