Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini telah memunculkan banyaknya permintaan akan adanya bacaan ringan yang dapat membantu para orangtua dan keluarga dalam mendidik putra-putrinya. Selama ini pendidikan anak di keluarga berlangsung secara alami, hanya berbekal pengetahuan yang diterima secara turun-menurun. Sayangnya sering dijumpai adanya berbagai kebiasaan mendidik yang salah yang tidak disadari orang tua dan keluarga.
Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama, khususnya bagi anak usia dini. Setidaknya sampai usia dua tahun, anak masih sangat bergantung pada orang tuanya. Dalam dua tahun pertama kehidupan anak, peran orangtua sebagai pendidik masih sangat dominan, dan secara naluri, mereka mendidik anak-anaknya sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.
Kebanyakan orangtua masih belum memahami betapa pentingnya pentingnya pendidikan anak usia dini. Usia dini yang merupakan usia keemasan perkembangan anak merupakan usia yang sangat rentan sehingga membutuhkan pemahaman yang benar tentang tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu kita sebagai orangtua harus membekali diri, berupaya untuk menambah dan memperkaya wawasan kita dengan pengetahuan tersebut, salah satunya adalah dengan cara membaca buku tentang bagaimana Mendidik Anak Usia Dini yang banyak kita temukan di toko buku. Biasanya dalam buku tersebut kita bisa mempelajari bermain sambil belajar dengan buah hati, dengan cara melakukan komitmen, contoh memulai belajar sejak dini, sebuah kemampuan lain yang mendasari sebelumnya. Tanpa latihan/stimulasi anak tidak akan dapat memiringkan badannya, ini bukti perlunya pendidikan sedini mungkin.
Anak baru dapat membaca setelah anak dapat berdiri. Anak baru dapat membaca setelah anak dapat menggerakan matanya, mengenal dan membedakan suara, mengenal dan membedakan bentuk, mengenal pola, mengenal benda, menguasai kosa kata yang semakin banyak, dapat melaksanakan perintah/ instruksi, menggunakan jari penjepit (ibu jari dan telunjuk), mengenal aturan, dan kemampuan lainnya. Dengan alasan inilah, mengapa pendidikan harus dilakukan sedini mungkin, dan pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua. Pendidikan harus sudah dimulai sejak anak masih di keluarga. Jangan menunggu anak usia sekolah untuk mulai pendidikan. Sangat terlambat! Inilah satu-satunya komitmen yang harus kita ambil, demi kepentingan terbaik anak dan masa depan mereka. Selanjutnya menentukan pilihan, yaitu dengan cara mengarahkan bakat anak dan mengembangkan seluruh potensinya, misal memberi kesempatan untuk mengembangkan seluruh kecerdasannya atau memupuk bakatnya untuk menjadi ahli bangunan.
Setelah itu, melakukan pelayanan terpadu, dengan kesehatan dan gizi seimbang yang terjaga tidak akan membuat anak-anak kita mampu bertahan hidup. Anak memerlukan berbagai kemampuan yang harus dilatihkan dan dibiasakan. Latihan yang berupa kegiatan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya. Membiasakan anak makan bersama dengan gizi seimbang, disamping untuk memenuhi kebutuhan tubuh anak, juga mendidik mereka etika makan yang tepat.
Selanjutnya dengan melihat aspek perkembangan anak secara sensorik (kemampuan anak untuk mengenali lingkungan di luar tubuhnya, baik dengan cara mendengarkan, merasakan, melihat, maupun cara lainnya), secara motorik (sekumpulan kemampuan untuk menggunakan dan mengontrol gerakan tubuh, baik gerakan kasar maupun gerakan halus), secara kognitif dan moral yang sangat erat hubungannya. Pada saat yang sama anak ini menggunakan kemampuan mendengarkan bunyi mainan (aspek kognitif) kemudian melihatnya (sensorik) dan juga memerlukan kemampuan untuk mengangkat kepalanya.
Berikutnya menentukan perilaku orangtua, dengan menjalin hubungan yang akrab, disiplin, menghindari kekerasan dan mengedepankan toleransi serta menjadi motivator akan membuat anak tidak sekedar mencontoh, dan anak tidak hanya membutuhkan keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada ajakan. Keakraban penting untuk memberikan rasa aman kepada anak-anak.
Kemudian meminimalisir kesalahan dengan cara tidak selalu mencari aman, mengambil alih tugas anak, terlalu berharap, menyerahkan kepada orang lain, memberi contoh salah, dan melakukan kekerasan, karena dengan memberikan informasi yang tepat lebih berguna bagi anak daripada melarang anak untuk melakukan sesuatu atau seperti yang disebutkan. Tanpa sadar orang tua memberi contoh yang salah
Dan akhirnya menentukan tindakan dengan cara memperlakukan anak sebagai anak, memenuhi kebutuhan anak, memberi anak kesempatan, membimbing anak untuk membawa diri, menumbuhkan rasa percaya diri anak, menanamkan sikap jujur dan menjadi teladan bagi anak. Berikan anak kesempatan untuk berekplorasi sekalipun dia menggunakan obeng betulan dan mainannya menjadi rusak.
Demikian tulisan ini dibuat, semoga bermanfaat bagi orangtua dan mereka yang peduli terhadap anak.