Bahasa adalah sebuah media berkomunikasi yang harus dikuasai seseorang. Kemampuan berbahasa sudah tertanamkan dalam diri seseorang sejak kecil. Ia akan di ajari berbicara dengan bahasa ibunya. Ada banyak hal yang mencerminkan bahasa anak, di mana jika anak diajarkan bahasa yang baik baik maka itu akan terbawa hingga dewasa, begitu pula sebaliknya.
Seiring bertambahnya usia, seseorang memerlukan bahasa yang lain selain bahasa ibu. Misal, seorang anak lahir di keluarga yang berbahasa sunda, saat ia mulai masuk dalam dunia pendidikan, ia harus belajar berbahasa Indonesia. Lalu bagaimana anak dapat dengan mudah berbahasa Indonesia?
Dalam era globalisasi seperti ini, kemampuan berbahasa menjadi sangat penting. Pasalnya, film, makanan, peralatan, informasi, semua dapat tersaji dalam berbagai bahasa. Lazimnya, selain dengan bahasa lokal, biasanya dalam berbagai produk juga dicantumkan menggunakan bahasa internasional. Ya, bahasa Inggris memang wajib dikuasai agar kita mampu menyesuaikan diri dalam era globalisasi.
“Kenapa kalian belajar bahasa Inggris?” tanya seorang dosen. “karena bahasa Inggris itu penting.” Jawab sebagian besar mahasiswa. “kata siapa Bahasa Inggris itu penting?” tanya beliau lagi. Pertanyaan itu membuat teman teman mahasiswa terdiam.
Saya juga bertanya tanya, kenapa saya bilang penting tapi saya sendiri tidak bisa berbahasa Inggris. Saya mencoba merenungi, dan akhirnya sang dosen menjawab sendiri pertanyaannya tadi dengan gaya bahasa beliau.
Kita Itu Aman Tanpa Bahasa Inggris
Saya sebenarnya sedikit menyesal lahir di Indonesia. Tapi jika saya terus terus menyesal, itu sama saja seperti saya menyesal karena dilahirkan miskin. Kita tidak bisa memilih di mana, kapan, dan dalam keadaan apa kita dilahirkan. Namun yang jelas, kita masih bisa mengubah keadaan selama masih ada perjuangan dan doa.
Indonesia dengan berbagai suku dan budayanya, membuat keanekaragaman tersendiri. Kekayaan bahasa ini pula yang membuat Bahasa Indonesia timbul menjadi sebuah bahasa persatuan. Jika di dunia bahasa Inggris keluar sebagai bahasa internasional, maka jika kita berada di Indonesia, kita hanya butuh Bahasa Indonesia untuk bisa berkomunikasi.
Hal ini pula yang kemudian membuat kita aman tanpa Bahasa Inggris. Jika kita hanya keliling Indonesia, yang kita butuhkan adalah Bahasa Indonesia. Apakah kita akan kesulitan jika tidak bisa berbahasa Inggris? Tentu tidak. Bahkan jika kita berbahasa Inggris, kita akan kesulitan menggunakannya di Indonesia.
Jadi, biasanya hanya orang orang dengan maksud tertentu saja yang akan belajar Bahasa Inggris dengan sungguh sungguh. Misal, untuk mendapat beasiswa luar negeri, ia akan mati matian belajar. Atau mungkin karena keinginan pribadi untuk keliling dunia, itu yang akan memacu seseorang belajar berbahasa Inggris.
Jika jangkauan kita hanya Indonesia, maka Inggris sangat tidak diperlukan. Ini sebabnya mengapa kita aman dan justru kesulitan untuk belajar berbahasa Inggris di Indonesia. Jika kita mencoba menggunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari hari, yang ada hanyalah cemooh dari orang lain. “sok sokan banget sih pakai Bahasa Inggris.”
Hal ini pula yang kemudian membuat masyarakat Indonesia malas untuk mempelajarinya. Bahkan mereka mereka yang duduk di bangku kuliah saja menganggap Bahasa Inggris adalah mata kuliah yang menakutkan.
Sistem Pendidikan Kita Tidak Mendukung
Jika Bahasa Inggris kemudian dimasukkan dalam mata pelajaran di sekolah, itu berarti Bahasa Inggris sangat diperlukan bagi setiap individu yang ada di Indonesia. Namun faktanya, sistem pendidikan yang tidak mendukung hanya akan menambah masalah pembelajaran.
Sistem kita masih menggunakan hitam di atas putih sebagai tolok ukur. Di mana mana juga perlu hitam di atas putih sebagai bukti capaian seseorang. Yang kemudian menjadi masalah adalah, proses pembelajarannya. Di Indonesia, kebanyakan guru menerangkan Bahasa Inggris di dasari pada grammar dan struktur lainnya. Jelas ini akan menyulitkan para siswa, sebab belajar Bahasa Indonesia saja tak sesulit itu.
Belajar Bahasa Indonesia hanya diawali dengan kata, membaca, menulis dan digunakan sehari hari di dalam kelas. Belajar struktur Bahasa Indonesia baru akan di mulai sejak SMA, itu saja masih sangat sulit. Sangat sulit memahami Bahasa Indonesia jika kemudian belajarnya adalah tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
Terlalu berorientasi pada hasil juga menjadi kelemahan tersendiri. Tes yang diselenggarakan sebagai syarat kelulusan hanya sebatas tes tulis dimana ada banyak kemungkinan terjadi. Tidak jarang pula guru yang kemudian memberikan nilai tambah kepada siswa yang nilainya kurang, dengan alasan keaktifan atau yang lain.
Yang jelas mana ada guru yang ingin siswanya banyak yang tidak lulus. Bisa bisa citra dan reputasi sang guru hancur karena dianggap gagal dalam mengajar. Bahkan ada guru yang hobinya tidak masuk kelas, yang tiba tiba nilai siswanya semua di atas delapan. Dari mana dapatnya? Entahlah. Inilah kita, tolok ukur pendidikan di Indonesia ya dari lulusannya itu.
Bahasa Inggris Bukan Sains
Bahasa Inggris itu bukan sains yang butuh rumus dan perhitungan. Bahasa itu sebuah keterampilan, dimana sebuah keterampilan hanya bisa didapat lewat latihan dan latihan. Diasah setiap hari, berulang ulang, terus menerus.
Ingat! keterampilan, bukan sains. Bukan pula bakat. Keterampilan itu bisa dipelajari dan di asah, tapi bakat hanya bisa dikembangkan. Bakat itu takdir, tapi keterampilan itu pilihan.
Jika kita sudah mempelajari Bahasa Inggris sejak sekolah dasar, atau sejak masuk sekolah menengah pertama, seharusnya saat SMA sudah memiliki kemampuan yang tinggi. Nyatanya kemampuan Bahasa Inggris kita jalan ditempat, bahkan istirahat di tempat.
Bahasa Inggris juga butuh dilatih, layaknya Bahasa yang lain. Bahasa Inggris juga perlu di ucapkan, tidak hanya didengar. Jadi intinya, Bahasa itu bukan tentang hitam di atas putih dan sesuai dengan rumus, tapi ucapan dan tindakan yang dapat di pahami oleh orang lain Karena Bahasa merupakan media berkomunikasi.
Lima tahun yang lalu, saya memiliki teman yang pengen banget jalan jalan keluar negeri. Setiap ditanya, “mau apa setelah lulus SMK?”jawabannya selalu konsisten dan tidak pernah berubah, “pengen keluar negeri.” Dari keinginan inilah ia mulai belajar. Tapi ia tidak melakukan les privat atau mengisi latihan soal. Yang ia lakukan adalah mencari teman untuk berbicara, dengan aturan harus menggunakan Bahasa Inggris.
“Kenapa ia memilih teman bukan guru Bahasa Inggris?” ia sadar dan tahu betul bahwa Bahasa Inggrisnya amburadul. Jika berbicara dengan guru maka akan jelas terlihat kesalahannya. Namun jika dengan teman sebaya, kesalahan itu tidak akan diperhatikan yang penting apa yang ingin dikomunikasikan tercapai.
Dari sinilah ia mulai bertransformasi. Ditertawakan, diejek, bahkan dibilang sok sokan sudah menjadi makanannya. Dan akhirnya, empat tahun sejak niat itu di buat, ia mampu mewujudkan keinginannya untuk keluar negeri. Lebih dari itu, sekarang kemampuannya sudah bisa dibilang expertmelebihi orang yang tes TOEFEL-nya tinggi tapi kemampuannya rendah.
Saya yakin ada banyak kisah di balik sebuah pembelajaran Bahasa inggris. Lalu, apa kisah kompasianer?
Sumber : https://www.kompasiana.com/theorybass/susah-belajar-bahasa-inggris-ini-penyebabnya_5781e3c77193735a0ff0fd65