“BELAJAR TANPA DISADARI BIKIN BELAJAR MAKIN ASYIK”
“ Selma, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu siswa di sebuah SMP Islam swasta yang terkenal di Jakarta Selatan. Ia begitu antusias saat bersama teman–temannya sedang belajar bahasa Inggris melalui games. Teman-temannya memberikan instruksi kepada selma untuk mencari benda yang tersembunyi di dalam kelas. Mudah ? Tentu tidak . Tidaklah mudah bagi Selma untuk mencari benda di kelas dengan berjalan berdasarkan perintah teman-temannya dalam keadaan matanya ditutup alias tidak bisa melihat. Namun meskipun susah, Selma dan teman –teman begitu antusias bermain. Itulah sekilas permainan Blind Folk yang digunakan oleh para guru NEC untuk melatih keterampilan menyimak dan berbicara para remaja ini.
Belajar melalui Games bukanlah hal yang baru. Bahkan metode belajar yang menggunakan prinsip bermain seperti Play Therapy sudah lama digunakan untuk memfasilitasi proses belajar. Apapun namanya, apakah Play Therapy, Suggestopedia, Quantum Learning dan segudang metode belajar lainnya, maka selama pembelajaran tersebut menggunakan prinsip belajar SUBCONCIOUS-belajar tanpa disadari- maka akan memudahkan siswa belajar bahasa.
Prinsip belajar tanpa disadari ini bukanlah hal yang baru dalam belajar bahasa. Krashen, pakar belajar bahasa dari Amerika Serikat, sudah mempraktekkan dan memperkenalkan teorinya ini dalam sebuah konsep pembelajaran : Learning vs Acquisition. Menurutnya, belajar bahasa lebih dominan dengan cara Acquisition (pemerolehan/belajar non formal) yaitu dengan natural (alamiah, tidak tegang (relaks) dan tanpa disadari (sub concious). Hanya sebagian kecil yang dipelajari lewat Learning (belajar formal) dengan disadari (concious). Games/Permainan dan Simulasi serta praktek langsung adalah teknik terbaik yang mendukung penguasaan keetrampilan bahasa Asing.
Penulis : Hanri Basel