Hal-Hal Yang Tidak Boleh Kamu Lakukan Saat Bertemu Dengan Orang Asing (Native Speaker)

 

Sebelumnya, kita telah membicarakan keuntungan menguasai bahasa asing. Pergaulan luas, kesempatan beasiswa dan pendidikan ke luar negeri, hanyalah beberapa. Teknologi yang semakin maju,menjadikan jarak hanyalah angka. Terlepas dari perbedaan waktu, kita bisa kapan saja berkomunikasi (dan bertatap maya) dengan seseorang yang berada ribuan kilometer jauhnya.

Kesempatan keluar negeri pun semakin bervariasi. Tidak melulu berlibur atau melanjutkan pendidikan. Kunjungan singkat seperti seminar ataupun pengobatan estetika ditawarkan dengan harga yang bervariasi.

Berkunjung keluar negeri dan berinteraksi (secara langsung) dengan masyarakat dari negara lain (native speaker), memberikan sensasi yang berbeda. Terutama dalam menumbuhkan rasa percaya diri dalam berkomunikasi (menggunakan bahasa asing). 

Saat pandemi, kunjungan keluar negeri tidak disarankan. Namun dengan bantuan teknologi, kita tetap dapat berkomunikasi dengan dunia luar via daring. 

Kita dapat mengikuti seminar, webinar atau kegiatan sejenis yang dilakukan secara daring. Mengikuti kegiatan tersebut, membantu untuk melatih kemampuan bahasa asing, mengingat kita berkomunikasi langsung dengan penutur asli (native speaker) atau mereka yang aktif menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian. Ini sangat membantu meningkatkan kemampuan bahasa asing kita, mengingat di Indonesia, kita tidak menggunakan bahasa asing dalam keseharian.

Interaksi dengan native speaker memang membawa sensasi berbeda. Namun perlu diingat, native speaker, adalah seseorang dengan budaya dan kebiasaan yang (bisa jadi) sangat berbeda. Ini menjadi hal yang perlu diperhatikan (dan diingat) selama berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Saat komunikasi langsung, kita bisa melihat ekspresi wajah dan reaksi spontan mereka. Namun saat komunikasi melalui tulisan, hal ini tidak terdeteksi.  

Gestur dan ekspresi adalah bagian pendukung dalam komunikasi. Terkadang keduanya bahkan menambah makna pada percakapan. 

Jika tanpa disadari kita menggunakan ungkapan, gestur atau ekspresi yang tidak diterima secara kebiasaan, tentu akan mempengaruhi komunikasi di kemudian hari.

Ada kemungkinan hal – hal yang terterima kurang nyaman bagi native speaker, bisa jadi hal yang juga terasa kurang nyaman di budaya kita. Namun bisa jadi hal tersebut adalah hal yang biasa bagi kita. Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya dihindari saat berkomunikasi atau berinteraksi dengan native speaker

1. Menanyakan Hal yang Bersifat Sensitif

Hal yang sensitif bagi kita bisa jadi hal yang biasa bagi mereka. Begitu juga sebaliknya. Ada baiknya, jika kita menyampaikan maaf jika pertanyaan kita terasa tidak nyaman atau membuat mereka tersinggung. Atau bisa juga disampaikan, jika pertanyaan kita membuat mereka tidak nyaman, mereka tidak perlu menjawab. Dengan begitu, kita bisa meminimalisir ketidaknyamanan dalam berinteraksi. 

Berbeda negara juga mempengaruhi tingkat sensitivitas. Misal, secara umum, bertanya tentang status pernikahan, usia atau gaji menjadi hal yang terdengar kurang nyaman. Namun di beberapa daerah di Asia, bertanya tentang usia atau bahkan status pernikahan adalah hal yang masih memungkinkan dijawab. 

Sensitivitas pertanyaan bisa jadi dipengaruhi oleh kebiasaan di negara tersebut. Di sebagian negara di Eropa dan Amerika, menikah dan memiliki anak adalah pilihan. Sementara di sebagian besar Asia (termasuk Indonesia), menikah dan memiliki anak adalah salah satu tahapan dalam hidup. Sehingga jika ada yang (memilih) tidak menjalaninya, menjadi hal yang perlu ditanyakan, bahkan terkadang dibahas.

Agama juga merupakan hal yang sensitif lainnya. Walaupun terkadang penampilan bisa menunjukkan agama (seperti jilbab untuk muslimah), pertanyaan tentang agama bukanlah hal yang umum. Namun jika kita hendak mengundang native speaker untuk jamuan makan, bisa ditanyakan apakah mereka sedang menjalani diet atau apakah ada makanan / minuman yang mereka hindari (terkait diet tersebut). Adapun jika mereka tidak menyebutkan makanan yang dihindari (terkait sopan santun), kita bisa sampaikan menu yang akan disajikan. 

Sama seperti muslim, saat diluar negeri, Halal masuk kategori diet. Sehingga jika Muslim hendak mendatangi jamuan, mereka akan memesan paket halal. 

Hal lain yang terkadang menjadi hal yang sensitif adalah tentang politik. Akses berita saat ini sangat mudah. Info mancanegara bisa kita ketahui dengan cepat. Untuk topik obrolan, kita bisa bicarakan minat atau hobi, atau hal yang trending di negara masing – masing.

Penampilan fisik terkadang menjadi hal yang sensitif. Melihat seseorang dari atas ke bawah dengan pandangan tidak biasa, akan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Walaupun jika hal tersebut disampaikan dengan candaan, dapat merusak situasi. 

2. Mengambil Sesuatu Berlebihan

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya sering menemukan kita (Indonesia), mengambil sesuatu secara berlebihan. Seperti ada momen undangan pernikahan atau jamuan. Terutama jika makanan / minuman tersebut terlihat menarik. Namun setelahnya, ternyata tidak dihabiskan, bahkan lebih banyak yang terbuang. Sementara native speaker, terbiasa untuk mengambil secukupnya (sebagai penghormatan pada tuan rumah). Sehingga makanan tidak banyak terbuang. Bahkan di Amerika, mereka mendirikan food bank, yang menerima makanan dari jamuan atau kegiatan besar (bukan bekas santap), untuk kemudian didistribusikan secara gratis pada mereka yang membutuhkan.

Bahkan saat mengambil souvenir, terkadang mengambil lebih. Walaupun tidak lama setelahnya, benda tersebut tidak terpakai bahkan terbuang. Bagi para penutur asing, di budaya mereka, sesuatu yang dibagikan secara gratis, sangat dihargai. Karena untuk menyediakan hal tersebut, banyak usaha yang dilakukan. Sehingga penghargaan pada benda  / hal tersebut dan para sukarelawan sangat baik. Di luar negeri, menjadi sukarelawan adalah suatu kebanggaan, dan mendapat apresiasi yang tinggi oleh masyarakat. Tidak sedikit perusahaan atau institusi yang mengutamakan applicant dengan pengalaman sukarela. Sehingga kebiasaan ini terus dilakukan, dimulai dari usia dini, dengan hal yang sederhana.

3. Mengabaikan Seseorang yang Sedang Berbicara

Salah satu hal penting perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan native speaker adalah kontak mata. Jika saat diajak berbicara, mata kita justru terfokus ke ponsel, kita dianggap tidak menghargai lawan bicara. Secara umum, hal ini memang membuat (lawan bicara) tidak nyaman. Bahkan saat kita berbicara dengan sesama warga Indonesia. 

Saat mengikuti seminar dengan peserta dari negara berbeda, sangat penting untuk mendengarkan pembicara selama kegiatan berlangsung. Jika saat materi diberikan , kita justru fokus pada ponsel, maka kita memberi kesan hal tersebut tidak penting. Jika ada telepon yang harus dijawab, sebaiknya kita keluar ruangan, sehingga suara kita tidak mengganggu jalannya acara.
Begitu pula jika kita ingin meninggalkan ruangan untuk ke toilet, jika peserta kurang dari 10, kita bisa mengangkat tangan dan meminta ijin ke belakang. Namun jika peserta puluhan, pastikan gerakan kita (meninggalkan ruangan) tidak mengganggu peserta lainnya. 

4. Terlambat

Waktu adalah hal yang sangat dihargai. Saat kita membuat janji bertemu dengan native speaker, pastikan kita sudah siap di lokasi maksimal 15 menit sebelum waktu yang disepakati. Mereka sangat menghargai hal ini. Dalam bahasa Inggris, terdapat on time dan in time. On time artinya kita hadir 10 – 15 menit sebelum waktu yang disepakati. Sedangkan in time berarti kita hadir sesuai waktu yang disepakati.
Keduanya menunjukkan bahwa kita adalah orang yang tepat waktu (menepati janji). Namun pilihan pertama lebih disukai. Pilihan pertama memberikan waktu untuk mengetahui tata letak dan memberi kesempatan untuk bertanya terkait kegiatan tersebut. Karena saat tiba waktunya untuk mulai, kita harus mengikuti arahan acara. 

Empat hal yang disampaikan diatas adalah beberapa hal umum yang harus diperhatikan saat berinteraksi dengan native speaker. Adapun untuk bahasa, kita dapat mempersiapkannya dengan belajar secara klasikal maupun mandiri. Pastikan kita tidak ragu untuk memulai (pembicaraan) ataupun merespon dalam diskusi. Practice makes perfect. Reluctancy takes you nowhere. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan. Tetap semangat dalam belajar. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top