Pengalaman pribadi, ditulis oleh salah seorang guru di NEC.
Kurang lebih 1 pekan lagi anak-anak saya dan juga anak-anak Anda akan menghadapi liburan akhir tahun. Mungkin sebagian dari kita sudah punya rencana untuk mengisinya, sebagian lagi masih mikir-mikir, atau malah ada juga yang tidak peduli. Apapun itu, liburan sekolah dan bagaimana cara mengisinya sebaiknya memang perlu dibicarakan bersama seluruh anggota keluarga agar liburan anak-anak kita produktif dan tidak sia-sia. Jangan sampai liburan anak-anak kita dihabiskan dengan menonton TV, main games, main gadget, atau kegiatan yang mubazir.
Pagi ini saya minta ketiga putri saya untuk membuat proposal kegiatan liburan atau lebih tepatnya membuat senarai kegiatan liburan. Mereka pun mengiyakan dengan riuh rendah sambil mengusulkan kegiatan ini dan itu. Lepas maghrib saya pulang, belum sempat turun dari kendaraan, Kamila dengan antusias menyodorkan kertas “proposal” hasil kolaborasi bertiga.
“Ayah ini daftar kegiatan liburan kita,” kata Kamila sambil menyodorkan lembaran kertas kepada saya. Berenang menjadi kegiatan nomor 1, sementara ke rumah Nenek dan Mbah menjadi prioritas berikutnya. Mereka sorak kegirangan ketika proposal mereka disetujui.
Teman-teman, apa manfaat meminta anak-anak kita membuat “proposal” kegiatan liburan? Setidaknya ada 3 manfaat yang akan mereka peroleh:
1. Membiasakan mereka untuk membuat rencana
Dengan cara ini sebenarnya anak-anak dilatih dan dibiasakan untuk merencakan sesuatu sebelum mereka melakukan kegiatan. Jika mereka dibiasakan untuk membuat rencana sejak dini, kelak hidup mereka akan terpola untuk selalu membuat rencana-rencana besar bagi masa depan mereka. Bukankah gagal dalam membuat rencana adalah merencanakan kegagalan?
2. Membiasakan mereka untuk berdiskusi dan berpendapat
Berdiskusi dan berpendapat adalah modal hidup, terutama saat mereka berkecimpung di organisasi sosial kemasyarakatan maupun organisasi formal semisal Perusahaan, Instansi pendidikan, hingga Kenegaraan. Ketika anak dilatih dan dibiasakan untuk berdiskusi, mereka belajar bagaimana menghargai pendapat orang lain, etika berdiskusi, bagaimana berargumentasi yang baik, dan seni dalam mengemukakan pendapat. Sebagai orangtua, kita dapat berperan sebagai pengamat saat diskusi berlangsung, menjadi penengah ketika ada “dead lock” atau “ngotot-ngototan” karena merasa pendapatnya yang benar. Diskusi dan berpendapat juga melatih anak kita untuk punya sikap legawa ketika pendapatnya tidak diterima. Lihat berbagai permasalahan dan konflik yg muncul di masyarakat khususnya di organisasi politik bermula karena tidak adanya sikap legawa.
3. Melatih mereka untuk bekerja sama
Proposal kegiatan liburan yang sudah disetujui oleh orangtua itu tidak gratis, artinya mereka harus memenuhi persyaratan agar usulan kegiatan liburan itu bisa terealisasi. Persyaratan yang dapat kita berikan semisal: mereka harus sholat lima waktu, membaca Al-Quran, mereka harus akur, mereka harus merapikan barang-barang yg tercecer di lantai, mereka harus membuat tulisan, membaca buku, dll. Apa yang akan mereka lakukan agar rencana mereka tercapai? Betul, kerja sama! Mereka akan bahu membahu agar persyaratan dipenuhi. Mereka akan saling membantu dan mengingatkan agar mereka dapat memenuhi semua persyaratan. Ini bagian tersulit bagi anak-anak kita dan juga orangtua. Kesabaran, ketegasan, kasih sayang dari orangtua sangat dibutuhkan saat konflik di antara mereka muncul. Ayo ajak anak-anak kita untuk membuat proposal kegiatan liburan dan rasakan manfaatnya bagi mereka dan bagi kita. Selamat mencoba. Wallahu A’lam.